Inilah Aku adanya…
Aku seorang hawa yang suka terbaring di atas tanah rimba
Aku yang bertingkah kuat oleh apapun
Aku yang berkata tajam sepatah
Aku yang slalu menyayangi hujan meresapi tetesnya
Aku yang suka duduk dimanapun lebih dekat tanah
Katamu
Aku yang terlalu angkuh
Aku yang terlalau keras kepala
Aku yang acuh kau pandang sekilas
Aku yang tak suka tampil lembut
Aku yang mulai menerima segala keburukan dari sisi indahnya
Aku yang menerima setiap jabat
Aku yang tak mudah goyahkan olehmu
Terimalah
Ini aku adanya
Jika tidak
Percuma kau takkan mudah merubahku
Maafkan jika kita tak sama
Terimakasih untukmu yang tetap mempertahankan genggammu
Sekali lagi ku camkan !
Ini aku………………………………. Adanya………………………
Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Kamar
Waktu itu di ICT
Terdudukku di bangku besi bermejakan kaca di atasny
Angin terlalu sinis memelukku dengan dingin partikel-partikel air pengantar hujan
Kulihat mereka sibuk dengan benda lipat yang membuatnya banyak menyalin temple
Ah.. biasa…
Tuntutan waktu membuat mereka mengacuhkan yang ada
Kulihat juga langkah-langkah gontai melangkah lelah
Barangkali selesai beradu kata atau mengalahkan rumus
Fiuuuuuuuh…
Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : ICT, UMM
Kisah Suatu Pagi
Pagi ini pagi yang anggun
Sinar mentari hangat mengucapkan pisah pada dingin yang masih tertinggal
Gemerlapnya pada air kolam itu menyapa ikanikan yang menari
Kulihat seekor anak kucing mungil
Ia malu-malu sambil mengeong di belakang semak
Tak kulihat ibunya, barangkali ia kini hidup sendiri
Kulihat juga burung layang-layang terbang melesat menghantam udara
Sesekali kudengar derap sepatu juga ban yang menggesek jalan-jalan malang
Ah ternyata manusia dan apa yang dilakukannya membuat beberapa ketidaksenangan pagi ini
Kupandang botol-botol, serpisah kertas, dan juga plastic berserak
Dan lampu-lampu taman yang masih berpijar
Ah!
Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Gazebo samping kolam, UMM
Cerita Kandang Kijang
24 sebelumnya ku persipkan buangan olahan biji kedelai dalam sebotol
Pagi ini
Sejenak memahami dua rumus
Menyantap buah nangka
Kemudian
Bergelut dengan biji-biji nangka, tanah, polybag, dan kawannya
Melangkah kembali ke gedung belajar itu
Selesai dan kembali lagi ke dekat kandang itu
Kijang-kijang itu seakan menggelitikku untuk membelainya sedari ku bergelut dengan tanah
Akhirnya selesai…
Kubawa ragaku melangkah mendekati kandang itu
Ya! Mereka juga menghampiriku
Kubelai juga akhirnta bulu-bulu cokelat itu
Miris kusadari mereka dalam kurungan
Lagi………..
Hatiku tiba-tiba penuh sesak
Bagaimana tidak
Aku memimpikan aku membayangkan sejenak
Mereka dan hutan
Ya…
Tapi disini, semua terbalik dengan terjungkir, terjatuh pula
Created by : Matina Kurniarum
Lokasi : Wisata Kampus dan Konservasi, Kandang Kijang UMM
Membujuk Sepi
Ku kuatkan aku
Aku rusuk hilang yang berkelana
Berlari, terjatuh, tersepak, dan terbangkit kembali
Saat lelah kukeluhkan pada pohon kawanku
Tak ku harap mereka menyambut hanya cukup mendengar,
Ku congakkan aku
Ku angkuhkan aku
Ku keraskan aku
Ku tatih kembali menuju jalan-Mu
Aku hanya ingin satu
Aku berkata sungguh
Ya… satu saja
Untuk selamanya
Kusetiakan pada kelak tempat ku singgah
Aku membujuk sepi
Aku selipkan waktu untuk menenangkannya kala ia protes membangkang…….. memberontak……..
Perihnya…….. tangisanya……… hampanya…..
Kudekap
Kuelus
Kulelapkan
Sehingga tak mngeluh lagi
Percayalah ini tak tertanggungkan……..
Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Kamar
Negeri Mati Aksi
Malaysia = Maling Asia
Maaf, kami bukan saudaramu…
Negara plagiat! Bangsat!
Aku memihak sisi gelap ini
Berdiri mengepalkan tangan
Menatap tajam sekaligus jjik
Negara itu, malingsial!
Negara yang takkan berdiri tanpa pahlawan devisa kami
Negara yang mati sportivitas dengan cahaya laser
Negara yang tak punya budaya untuk dibanggakan
Negara yang picik!
Kau bilang kita serumpun?
Yang benar itu kalian yang merumpun kami!
MUNAFIK!
Cuih!
Memberatkan Senangku
Aku insan yang mahal tersenyum katamu
Bicaralah tentang aku
Maka hanya secuil kau temukan suka
Bukannya aku tak bersampingan dengan canda
Ataupun tak berbarengan dengan tawa
Tapi…
Aku seakan terjalin pada utaian-untaian beban itu
Milik mereka yang kau katakan tak sedarah
Aku mendengarkan rintih bumi walau ia berbisik sangat pelan
Aku menyayat pilu sembiluku melihat mereka bertengkar
Aku memikirkan yang tak seharusnya kupikirkan
Tapi aku selalu punya alasan yang menempel di tiap saraf,
Ialah karena,
Aku merasakan sesuatu yang hambar
Aku mendengar sesuatu yang diam
Aku melihat adanya putih yang didekap hitam
Ini tentang aku dengan yang tak pernah kau tahu
Dia tahu tapi bukan kamu
Lalu aku turut diam
Dan merenung
Mungkin aku hanya ingin akulah orang terakhir yang bahagia
Hingga semua senang selalu terasa berat