“Ekspedisi Negeri di Batas Awan”

rintik hujan kawanku

Menyambut pagi pagi yang beku

Menemani menjalani alas alas batu bumi

Menemani kami membelai daun duan itu

Dari kaki, lembah, hingga mendekati puncak Pakaian kami pun kau sandari

Dingin meremas kehangatan tanpa ampun Mencoba merayu bercanda bersamakami coba

Dan benar Kami sudah terbiasa Pohon edelweiss yang melamun dalam dekap embun

Bunganya belum tampak jua Kepundan hangat itu menyendiri dari tiap lubang-lubangnya

Kaki terus melangkah gontai Berjalan mendaki dan berjalan lagi

Sesekali tersungkur terjatuh, terjerembab itu kenangan Saling jabat saling berbagi

Berada di batas awan Bergumul dengan desir merdu angin Memeluk erat dingin yang membekukan

Mengabadikannya Suatu saat panggilah kami kembali

Published in: on January 17, 2011 at 4:51 am  Leave a Comment  

Dua misi penting

minggu, 2 Januari 2010

ya.. seperti yang kalian tahu Martina Kurniarum yang tidak tahu sejak kapan mencintai hutan…

kalo boleh jujur, saya sebenarnya masuk ke kampus putij , hal pertama yang saya incar adalah UKM dan LSO yang bergerak di lingkungan, khususnya konservasi pastinya.

pada awal masuk kuliah saya hanya mengenal DIMPA (divisi Mahasiswa Pencinta Alam), tetapi dengan berbagai hal saya tidak dapat mengikuti atau bergabung dengan organisasi tersebut. dan untuk yang kedua, saya mengenal TEB (The Ekspedisi of Bioconservation), saya bingung kesana kemari mencari informasi mengenai LSO (Lembaga Semi Otonom) ini selama 2 bulan, maklum orang seperti saya ini tidak akan merasa hidup jika tidak sibuk mengikuti organisasi. Pada tanggal 22 desember, saya mendapat tawaran untuk berpartisipasi mengikuti demo penebangan pohon di pinggir jalan, Kota Batu, karena pada hari tersebut saya ada presentasi mata kuliah PBPD, saya tidak dapat mengikuti kegiatan tersebut (masih belum berani nakal bolos kuliah). dan pada tanggal  2 desember saya dihubungi kembali untuk mengikuti “Ekspedisi Negeri di Batas Awan “ pendakian gunung Welirang, namun malam sebelum hari H, ada berita duka yang dating dari pelaksana kegiatan, maka kegiatan ditunda hingga minggu depan. Minggu depan sudah mendekati UAS, entah bagaimana nanti…. miss the lovely earth….  Aku sangat rindu hutanku…. Kangen mbolang bareng kawan-kawan… …

1 misi tak dapat didikuti, 1 misi belum terlaksana…. ya Allah semoga yang kedua dapat terlaksana… amin

Published in: on January 2, 2011 at 2:23 am  Leave a Comment  

Martina Kurniarum is here

Inilah Aku adanya…
Aku seorang hawa yang suka terbaring di atas tanah rimba
Aku yang bertingkah kuat oleh apapun
Aku yang berkata tajam sepatah
Aku yang slalu menyayangi hujan meresapi tetesnya
Aku yang suka duduk dimanapun lebih dekat tanah

Katamu
Aku yang terlalu angkuh
Aku yang terlalau keras kepala
Aku yang acuh kau pandang sekilas

Aku yang tak suka tampil lembut
Aku yang mulai menerima segala keburukan dari sisi indahnya
Aku yang menerima setiap jabat
Aku yang tak mudah goyahkan olehmu

Terimalah

Ini aku adanya

Jika tidak
Percuma kau takkan mudah merubahku

Maafkan jika kita tak sama

Terimakasih untukmu yang tetap mempertahankan genggammu

Sekali lagi ku camkan !
Ini aku………………………………. Adanya………………………

Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Kamar

Waktu itu di ICT

Terdudukku di bangku besi bermejakan kaca di atasny
Angin terlalu sinis memelukku dengan dingin partikel-partikel air pengantar hujan
Kulihat mereka sibuk dengan benda lipat yang membuatnya banyak menyalin temple
Ah.. biasa…
Tuntutan waktu membuat mereka mengacuhkan yang ada
Kulihat juga langkah-langkah gontai melangkah lelah
Barangkali selesai beradu kata atau mengalahkan rumus
Fiuuuuuuuh…

Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : ICT, UMM

Kisah Suatu Pagi

Pagi ini pagi yang anggun
Sinar mentari hangat mengucapkan pisah pada dingin yang masih tertinggal
Gemerlapnya pada air kolam itu menyapa ikanikan yang menari
Kulihat seekor anak kucing mungil
Ia malu-malu sambil mengeong di belakang semak
Tak kulihat ibunya, barangkali ia kini hidup sendiri
Kulihat juga burung layang-layang terbang melesat menghantam udara
Sesekali kudengar derap sepatu juga ban yang menggesek jalan-jalan malang
Ah ternyata manusia dan apa yang dilakukannya membuat beberapa ketidaksenangan pagi ini
Kupandang botol-botol, serpisah kertas, dan juga plastic berserak
Dan lampu-lampu taman yang masih berpijar
Ah!
Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Gazebo samping kolam, UMM

Cerita Kandang Kijang

24 sebelumnya ku persipkan buangan olahan biji kedelai dalam sebotol
Pagi ini
Sejenak memahami dua rumus
Menyantap buah nangka
Kemudian
Bergelut dengan biji-biji nangka, tanah, polybag, dan kawannya
Melangkah kembali ke gedung belajar itu
Selesai dan kembali lagi ke dekat kandang itu
Kijang-kijang itu seakan menggelitikku untuk membelainya sedari ku bergelut dengan tanah
Akhirnya selesai…
Kubawa ragaku melangkah mendekati kandang itu
Ya! Mereka juga menghampiriku
Kubelai juga akhirnta bulu-bulu cokelat itu
Miris kusadari mereka dalam kurungan
Lagi………..
Hatiku tiba-tiba penuh sesak
Bagaimana tidak
Aku memimpikan aku membayangkan sejenak
Mereka dan hutan
Ya…
Tapi disini, semua terbalik dengan terjungkir, terjatuh pula

Created by : Matina Kurniarum
Lokasi : Wisata Kampus dan Konservasi, Kandang Kijang UMM

Membujuk Sepi

Ku kuatkan aku
Aku rusuk hilang yang berkelana
Berlari, terjatuh, tersepak, dan terbangkit kembali
Saat lelah kukeluhkan pada pohon kawanku
Tak ku harap mereka menyambut hanya cukup mendengar,
Ku congakkan aku
Ku angkuhkan aku
Ku keraskan aku
Ku tatih kembali menuju jalan-Mu
Aku hanya ingin satu
Aku berkata sungguh

Ya… satu saja

Untuk selamanya
Kusetiakan pada kelak tempat ku singgah

Aku membujuk sepi
Aku selipkan waktu untuk menenangkannya kala ia protes membangkang…….. memberontak……..

Perihnya…….. tangisanya……… hampanya…..
Kudekap
Kuelus
Kulelapkan
Sehingga tak mngeluh lagi

Percayalah ini tak tertanggungkan……..

Created by : Martina Kurniarum
Lokasi : Kamar

Negeri Mati Aksi

Malaysia = Maling Asia
Maaf, kami bukan saudaramu…
Negara plagiat! Bangsat!

Aku memihak sisi gelap ini
Berdiri mengepalkan tangan
Menatap tajam sekaligus jjik

Negara itu, malingsial!
Negara yang takkan berdiri tanpa pahlawan devisa kami
Negara yang mati sportivitas dengan cahaya laser
Negara yang tak punya budaya untuk dibanggakan
Negara yang picik!

Kau bilang kita serumpun?
Yang benar itu kalian yang merumpun kami!
MUNAFIK!
Cuih!

Memberatkan Senangku

Aku insan yang mahal tersenyum katamu
Bicaralah tentang aku
Maka hanya secuil kau temukan suka
Bukannya aku tak bersampingan dengan canda
Ataupun tak berbarengan dengan tawa
Tapi…
Aku seakan terjalin pada utaian-untaian beban itu
Milik mereka yang kau katakan tak sedarah

Aku mendengarkan rintih bumi walau ia berbisik sangat pelan
Aku menyayat pilu sembiluku melihat mereka bertengkar

Aku memikirkan yang tak seharusnya kupikirkan
Tapi aku selalu punya alasan yang menempel di tiap saraf,
Ialah karena,
Aku merasakan sesuatu yang hambar
Aku mendengar sesuatu yang diam
Aku melihat adanya putih yang didekap hitam
Ini tentang aku dengan yang tak pernah kau tahu

Dia tahu tapi bukan kamu

Lalu aku turut diam
Dan merenung

Mungkin aku hanya ingin akulah orang terakhir yang bahagia

Hingga semua senang selalu terasa berat

Published in: on December 28, 2010 at 11:40 am  Leave a Comment  

Martina Kurniarum is here…

Ah ternyata umur semakin membuat saya suka nyletuk, angkuh, dank keras kepala. Kritis juga, mungkin. Terlalu banyak yang biasa saya temui, ketika ingin bertemu dengan yang luar biasa, jalannya hampir selalu terasa “susah susah gampang”. Mudah muak. Di kota semuanya jadi satu komplikasi, kaya, miskin, susah, senag, pembual, penolong, carci, senyum, kesabaran, tekanan, dan banyak deh. Ingin saya berkelana jauh, mengenal satu per satunya orang,mengenal satu per satunya daerah. Belajar. Tapi status sebagai seorang `wanita` dan `anak bontot` selalu ngekor dan sedikit mengganggu, banyak menyusahkan. Hush! Itu takdir, hehehe ma`af. Sebenarnya sih bukan masalah, pasti anda berkata demikian, tapi lingkungan saya menuntut itu menjadi masalah. Pada akhirnya memang saya perlu sedikit, atau banyak pemberontakan. Saya selalu memberikan empat jempol saya kepada anda yang selalu berada di kanan saya. Sungguh empat jempol. Saya ga akan berhenti menemukan seribu jalan ke hutan ! apapun alasannya pokoknya konservasi ! disini banyak ternyata organisasi yang bau-baunya mengandung konservasi, ingin  rasanya bergabung dengan  semuanya jika saya punya waktu lebih dari 24 jam, masalah energi itu tidak mudah ditumbangkan. Akhirnya organisasi tersebut tereliminasi satu per one. Dengan berat hati hanya dapat satu, mungkin 2, atau 3, 4 gimana ya? Hehehe serakah. Saya hanya perlu mengalir, kadang terlalu terasa `ngoyo`. Saya baru menyadari kalau akhir-akhir ini jarang senyum, kata teman saya “senyumnya mahal amat”, tetapi tenang saja, saya selalu menyisakan senyum lebih pada setiap jepretan. Catatane ngawur nagdi ndi, ancen koplak rodo mengong translate to English de not go  eperiwer wer, creji litel frik…

 

Salam Koplak selalu

Published in: on December 23, 2010 at 5:38 am  Leave a Comment  

P2KK….. Ibnu Khaldun

P2KK with C.I.N.T.A (Martina Koerniaroem poenja) 22 November 2010 Walaupun siangnya nanti jadwalnya arek-arek biologi pada P2KK, ternyata masih ada jadwal kuliah yang menyelip pada pagi hari sebelum siang harinya pukul 11:00 untuk check in RUSANAWA. Dan lebih ternyata lagi, dengan berbagai alas an kuliah pagi itu di cancel. Alhamdulillah. (udah malem-malem dibela-belain packing). Dengan hanya membawa satu tas ransel gede warna jeruk, Tina beserta beberapa temannya berangkat dari kos-kosan seorang kawan menuju RUSUNAWA. (panas banget beh! Siang pul kaga ada bolong-bolongnya). Singkat cerita, Tina menjadi penghuni kamar 4.11 dan kelas Ibnu Khaldun (selama 7 malam, oh indahnya). Kemudian dengan sangat beruntung menjadi anggota kelompok 5 yang mendapat giliran tugas hari pertama (kelompoknya aje lime, tapi majunya pertame). Alhasil, karena Tina seorang wanita, maka tiada pilihan untuk menjadi seorang ustadzah dadakan (dengan materi pemanasan global, namanya juga anakbumi). Diucapkan terimakasih kepada teman saya A. Ubaidilah dan Ismail (Boas Salosa Coret) kareena kontribusinya terhadap ayat-ayat suci yang terkandung dalam kultum saya, juga teman setia saya Nisful, dan pak imam Nanang,tak lupa pula Syahreza yang kerjanya senyum mulu. 23 November 2010 Eh kamu yang liat-liat aku, tejem bener matanye (sensor). Hari ini adalah puncak karir dari Dokter Cinta kami yang bernama Icap (kultum denganC.I.N.T.A). 24 November 2010 Takkan lupa dihari ini terjadi ke-cekluk-an beberapa lidah, sehingga kepala jadi diparut dan kelapa jadi digaruk. Dan ternyata eh tibak e eh sa jujur e, berdasarkan survey membuktikan bahwa Martina Kurniarum dinyatakan sebagai orang yang c.u.e.k dan. j.u.t.e.k (super sekali pendapatnya). Siapa yang dapat menyangka jika ternyata kami (arek-arek ibnu khaldun) khususnya saya menyukai Benard (temen-temen juga, ga peduli yang tampilannya kalem ataupun sangar eh tetep satu Bernard). Katanya temen-temen sih (ga termasuk aku lho), kelas kami ini ternyata mengandung Dimas Beck-nya Atjeh Poenya (Rachmat), (ni pendapat kayaknya sih pitenah). Siang ini minum susu. Motto mas Ion mengenai Hemat, Padat, Kuat, Jelas, Bergizi, Terjangkau, dan Tahan lama terbukti ampuh membuat pemateri ngakak cuuuiy. 25 November 2010 Ternyata eh ternyata pada materi pagi (setelah tahajud berjamaah)), Tina tertidur di kursinya, dan mulai terbangun ketika terdengar lantunan pakde Rhoma dengan judul “Sebujur Bangjai” dan “Setetes Air Hina” (sebelum bangun sih tak kira itu lagunya mas Bondan de ka ka, ealah), lumayanlah buat senam jempol, ihiiir. Oalah rek, seng jenenge otbon i lho mug ngunyerno bal ndek tali mbe jingkrak an maen tali tamnbang (bagi yang non jawa, monggo minta bimbingan teman sebelahnya). Tapi efektif ce gae weteng loro gara-gara ngguyu terus ae. Kenyataan sebenarnya berkata bahwa setiap orang mempunyai potensi untuk narsis lho (kok pas materi pengenalan potensi ga ada potensi mengenai narsis ya)(delok en ageh, kamerane lho kebeg). Hari ini juga menyadarkan saya pada masa lalu, bahwasanya setiap orang mempunyai masa lalu yang itu lah (ngerti-ngerti ajalah, susah didengarkan dengan kata-kata). Ngaku siapa yang hari ini ketemu eyes to eyes en window to wondow ma aku. (sensor). Aku juga baru tahu kalo dikelas ada yang punya feel sama aku, aku tahu kok (ciye kePeDean). Ah lupakan. Pocong memang dari dulu tetap tidak pernah terlihat mempesona walaupun kainnya diubah pake warna merah jambu. (mengingat kembali tragedy yang dimainkan oleh Riko sebagai pemeran utama jenazah dan Ade sebagai korban ketakutan, hayo ngaku sopo seng ,mencat mencet lampu, lek ga salah ki Endrik terus Icap. 26 November 2010 Detik-detik terahkir ini sungguh terasa pilu, sekin pilu dengan semakin seringnya dkumandangkannya lagu kekelasan kita Jaga Hatimu by Seventeen dan semakin sering terdengarnya kata-kata rileks. Amboiiii semuanya itu ternyata indah, walaupun hidup tanpa H.A.P.E dan sejenisnya. Main naga sampe menimbulkan lecet-lecet. 4 thumbs up buat Resta en temen-temen cowo. Today I get a hand made thing, makasih buat temenduduk sebelah kananku ata kenang-kenangan yang sderhana ini. 27 November 2010 SiLENT FOR THE LAST SECOND. Saya hanya mampu diam ketika perpisahan mendekat perlahan dan pasti. Bakal sakit. Demi lagu Kita Untuk Selamanya, aku sayang kalian semua (segenap kawan-kawan Ibnu Khaldun). Ingatlah malamnya ketika kita menghafal dan belatih bersma mengenai ujian ibadah, ingatlah ketika kita debat bareng (selalu nyalahin pembimbing kalo ga pemateri sebagai pihak yang dianggap pemecah belah kerukunan kelas) wkwkwkwk, kuoplak rodo mengong arek-arek ki.

Published in: on December 21, 2010 at 11:07 am  Leave a Comment  

Dosa kecil mengandung ayahab

SEBUTIR PASIR

Penakluk pertama Mount Everest, puncak tertinggi dunia di  Pegunungan Himalaya, Sir Edmund Hillary, pernah  ditanya  wartawan apa yang paling ditakutinya dalam  menjelajah alam. Dia lalu mengaku tidak takut pada binatang buas, jurang yang  curam, bongkahan es raksasa, atau padang pasir yang  luas dan  gersang sekali pun!  Lantas apa? “Sebutir pasir yang terselip di  sela-sela jari  kaki,” kata Hillary. Wartawan heran, tetapi sang penjelajah  melanjutkan kata-katanya, “Sebutir pasir yang masuk  di sela-sela jari kaki sering sekali menjadi awal  malapetaka. Ia bisa masuk ke kulit kaki atau menyelusup lewat kuku. Lama-lama  jari kaki terkena infeksi, lalu membusuk. Tanpa sadar, kaki pun tak bisa digerakkan. Itulah malapetaka bagi  seorang penjelajah sebab dia harus ditandu.” Harimau, buaya, dan beruang, meski buas, adalah  binatang yang secara naluriah takut menghadapi manusia. Sedang  menghadapi  jurang yang dalam dan ganasnya padang pasir, seorang  penjelajah sudah punya persiapan memadai. Tetapi, jika  menghadapi sebutir pasir yang akan masuk ke jari kaki, seorang penjelajah tak mempersiapkannya. Dia cenderung mengabaikannya.

Apa yang dinyatakan Hillary, kalau kita renungkan, sebetulnya  sama dengan orang yang mengabaikan dosa-dosa kecil.  Orang yang melakukan dosa kecil, misalnya mencoba-coba mencicipi minuman keras atau membicarakan keburukan orang lain, sering  menganggap  hal itu adalah dosa yang kecil. Karena itu, banyak  orang yang  kebablasan melakukan dosa-dosa kecil sehingga lambat laun jadi  kebiasaan. Kalau sudah jadi kebiasaan, dosa kecil  itu pun akan  berubah jadi dosa besar yang sangat membahayakan  dirinya dan  masyarakat.

Melihat kemungkinan potensi kerusakan besar yang  tercipta dari  dosa-dosa kecil itulah, Nabi Muhammad saw mewanti-wanti agar  ummatnya tidak mengabaikan dosa-dosa kecil seraya  tidak melupakan amal baik kendati kecil juga.  Dalam kisah disebutkan, seorang pelacur masuk surga hanya  karena  memberi minum anjing yang kehausan. Perbuatan yang cenderung dinilai sangat kecil itu ternyata di mata Allah punya nilai sangat besar karena faktor keikhlasannya. Bukankah semua roh yang ada di seluruh jagad ini, termasuk roh anjing  tersebut,  hakikatnya berasal dari Tuhan Yang Maha Pencipta juga? Itulah  nilai setetes air penyejuk yang diberikan sang pelacur pada  anjing yang kehausan.

Published in: on October 8, 2010 at 12:02 am  Leave a Comment  

Pak…

INSPIRASI: Peran tersembunyi seorang Ayah kepada Anak perempuannya (?) Nopember 25, 2009 Posted by qnoyzone in humanis. Tags: Anak Perempuan, inspirasi, peran ayah trackback [ dari milis tetangga ] Biasanya, bagi seorang anak perempuan yang sudah dewasa, yang sedang bekerja diperantauan, yang ikut suaminya merantau di luar kota atau luar negeri, yang sedang bersekolah atau kuliah jauh dari kedua orang tuanya… Akan sering merasa kangen sekali dengan Ibunya. Lalu bagaimana dengan Ayah? Mungkin karena Ibu lebih sering menelepon untuk menanyakan keadaanmu setiap hari, tapi tahukah kamu, jika ternyata Ayah-lah yang mengingatkan Ibu untuk menelponmu? Mungkin dulu sewaktu kamu kecil, Ibu-lah yang lebih sering mengajakmu bercerita atau berdongeng, tapi tahukah kamu, bahwa sepulang Ayah bekerja dan dengan wajah lelah Ayah selalu menanyakan pada Ibu tentang kabarmu dan apa yang kau lakukan seharian? Pada saat dirimu masih seorang anak perempuan kecil… Ayah biasanya mengajari putri kecilnya naik sepeda. Dan setelah Ayah mengganggapmu bisa, Ayah akan melepaskan roda bantu di sepedamu… Kemudian Ibu bilang : “Jangan dulu Ayah, jangan dilepas dulu roda bantunya” , Ibu takut putri manisnya terjatuh lalu terluka…. Tapi sadarkah kamu wahai anak perempuan ? Bahwa Ayah dengan yakin akan membiarkanmu, menatapmu, dan menjagamu mengayuh sepeda dengan seksama karena dia tahu putri kecilnya PASTI BISA. Pada saat kamu menangis merengek meminta boneka atau mainan yang baru, Ibu menatapmu iba. Tetapi Ayah akan mengatakan dengan tegas : “Boleh, kita beli nanti, tapi tidak sekarang”. Tahukah kamu wahai anak perempuan, Ayah melakukan itu karena Ayah tidak ingin kamu menjadi anak yang manja dengan semua tuntutan yang selalu dapat dipenuhi? Saat kamu sakit pilek, Ayah yang terlalu khawatir sampai kadang sedikit membentak dengan berkata : “Sudah di bilang! kamu jangan minum air dingin!”. Berbeda dengan Ibu yang memperhatikan dan menasihatimu dengan lembut ( walau tidak jarang terjadi kebalikannya )… Ketahuilah, saat itu Ayah benar-benar mengkhawatirkan keadaanmu. Ketika kamu sudah beranjak remaja putri… Kamu mulai menuntut pada Ayah untuk dapat izin keluar malam, dan Ayah bersikap tegas dan mengatakan: “Tidak boleh!”. Tahukah kamu anak perempuan, bahwa Ayah melakukan itu untuk menjagamu? Karena bagi Ayah, kamu adalah sesuatu yang sangat – sangat luar biasa berharga. Setelah itu kamu marah pada Ayah, dan masuk ke kamar sambil membanting pintu… Dan yang datang mengetok pintu dan membujukmu agar tidak marah adalah Ibu… Tahukah kamu anak perempuan , bahwa saat itu Ayah memejamkan matanya dan menahan gejolak dalam batinnya, bahwa Ayah sangat ingin mengikuti keinginanmu, tapi lagi-lagi dia HARUS menjagamu? Ketika saat seorang pria mulai sering menelponmu, atau bahkan datang ke rumah untuk menemuimu, Ayah akan memasang wajah paling cool sedunia… Ayah sesekali menguping atau mengintip saat kamu sedang ngobrol berdua di ruang tamu. Sadarkah kamu anak perempuan , kalau hati seorang Ayah merasa cemburu? Saat kamu mulai lebih dipercaya, dan Ayah melonggarkan sedikit peraturan untuk keluar rumah untukmu, kamu akan memaksa untuk melanggar jam malamnya. Maka yang dilakukan Ayah adalah duduk di ruang tamu, dan menunggumu pulang dengan hati yang sangat khawatir… Dan setelah perasaan khawatir itu berlarut – larut… Ketika melihat putri kecilnya pulang larut malam hati Ayah akan mengeras dan Ayah memarahimu… Sadarkah kamu wahai anak perempuan , bahwa ini karena hal yang di sangat ditakuti Ayah akan segera datang? “Bahwa putri kecilnya akan segera pergi meninggalkan Ayah” 😦 Setelah seorang anak perempuan lulus SMA, Ayah akan sedikit memaksamu untuk menjadi seorang Dokter atau Insinyur. Ketahuilah, bahwa seluruh paksaan yang dilakukan Ayah itu semata – mata hanya karena memikirkan masa depanmu nanti… Tapi toh Ayah tetap tersenyum dan mendukungmu saat pilihanmu tidak sesuai dengan keinginannya. Ketika kamu menjadi gadis dewasa…. Dan kamu harus pergi kuliah dikota lain… Ayah harus melepasmu di bandara. Tahukah kamu bahwa badan Ayah terasa kaku untuk memelukmu wahai anak perempuan ? Ayah hanya tersenyum sambil memberi nasehat ini – itu, dan menyuruhmu untuk berhati-hati… Padahal Ayah ingin sekali menangis seperti Ibu dan memelukmu erat-erat. Tapi yang seorang Ayah lakukan hanya menghapus sedikit air mata di sudut matanya, dan menepuk pundakmu berkata “Jaga dirimu baik-baik ya sayang”. Ayah melakukan itu semua agar putrinya KUAT… kuat untuk pergi dan menjadi dewasa. Disaat kamu butuh uang untuk membiayai uang semester dan kehidupanmu, orang pertama yang mengerutkan kening adalah Ayah. Beliau pasti berusaha keras mencari jalan agar anaknya bisa merasa sama dengan teman-temannya yang lain. Ketika permintaanmu bukan lagi sekedar meminta boneka baru, dan Ayah tahu ia tidak bisa memberikan yang kamu inginkan… Kata-kata yang keluar dari mulut Ayah adalah : “Tidak…. Tidak bisa!” Padahal dalam batin Ayah, Ia sangat ingin mengatakan “Iya sayang, nanti Ayah belikan untukmu”. Tahukah kamu bahwa pada saat itu Ayah merasa gagal membuat anaknya tersenyum? Saatnya kamu diwisuda sebagai seorang sarjana… Ayah adalah orang pertama yang berdiri dan memberi tepuk tangan untukmu. Ayah akan tersenyum dengan bangga dan puas melihat “putri kecilnya yang tidak manja berhasil tumbuh dewasa, dan telah menjadi seseorang”. Sampai saat seorang teman Pria-mu datang ke rumah dan meminta izin pada Ayah untuk mengambilmu darinya. Ayah akan sangat berhati-hati memberikan izin. Karena Ayah tahu… Bahwa lelaki itulah yang akan menggantikan posisinya nanti. Dan akhirnya… Saat Ayah melihatmu duduk di Panggung Pelaminan bersama seseorang Pria yang di anggapnya pantas menggantikannya, Ayah pun tersenyum bahagia… Apakah kamu mengetahui, di hari yang bahagia itu seorang Ayah pergi kebelakang panggung sebentar, dan menangis? … karena sangat berbahagia, kemudian Ayah berdoa…. Dalam lirih doanya kepada Tuhan, Ayah berkata: “Ya Allah tugasku telah selesai dengan baik… Putri kecilku yang lucu dan kucintai telah menjadi wanita yang cantik… Bahagiakanlah ia bersama suaminya…” Setelah itu Ayah hanya bisa menunggu kedatanganmu bersama cucu-cucunya yang sesekali datang untuk menjenguk… Dengan rambut yang telah dan semakin memutih… Dan badan serta lengan yang tak lagi kuat untuk menjagamu dari bahaya… Ayah telah menyelesaikan tugasnya…. Ayah, Ayah, Ayah, atau Abah kita… Adalah sosok yang harus selalu terlihat kuat… Bahkan ketika dia tidak kuat untuk tidak menangis… Dia harus terlihat tegas bahkan saat dia ingin memanjakanmu… Dan dia adalah yang orang pertama yang selalu yakin bahwa “KAMU BISA” dalam segala hal… Wahai anak perempuan maka doakan dan sayangi pula Ayahmu yang kelak renta, setelah Ibumu …

 

 

qnoyzone.blogdetik.co

 

Published in: on October 7, 2010 at 11:52 pm  Leave a Comment  

Guru dan SEMANGATNYA…

Menjadi guru, bukanlah pekerjaan mudah. Didalamnya, dituntut pengabdian, dan juga ketekunan. Harus ada pula kesabaran, dan welas asih dalam menyampaikan pelajaran. Sebab, sejatinya, guru bukan hanya mendidik, tapi juga mengajarkan. Hanya orang-orang tertentu saja yang mampu menjalankannya. Menjadi guru juga bukan sesuatu yang gampang. Apalagi, menjadi guru bagi anak-anak yang mempunyai “keistimewaan”. Dan saya, merasa beruntung sekali dapat menjadi guru mereka, walau cuma dalam beberapa jam saja. Ada kenikmatan tersendiri, berada di tengah anak-anak dengan latar belakang Cerebral Palsy (sindroma gangguan otak belakang). Suatu ketika, saya diminta untuk mendampingi seorang guru, di sebuah kelas khusus bagi penyandang cacat. Kelas itu, disebut dengan kelas persiapan, sebuah kelas yang berada dalam tingkatan awal di YPAC Jakarta. Lazimnya, anak-anak disana berumur antara 9-12 tahun, tapi kemampuan mereka setara dengan anak berusia 4-5 tahun, atau kelas 0 kecil. Saat hadir disana, kelas tampak ramai. Mereka rupanya sedang bermain susun bentuk dan warna. Ada teriak-teriakan ganjil yang parau, dan hentakan-hentakan kepala yang konstan dari mereka. Ada pula tangan-tangan yang kaku, yang sedang menyusun keping-keping diagram. Disana-sini terserak mainan kayu dan plastik. Riuh. Bangku-bangku khusus berderak-derak, bergesek dengan kursi roda sebagian anak yang beradu dengan lantai. Saya merasa canggung dengan semua itu. Namun, perasaan itu hilang, saat melihat seorang guru yang tampak begitu telaten menemani anak-anak disana. “Mari masuk, duduk sini dekat Si Abang, dia makin pinter lho bikin huruf,” begitu panggilnya kepada saya. Saya berjalan, melewati anak-anak yang masih sibuk dengan tugas mereka. Ah benar saja, si Abang, anak berusia 11 tahun yang mengalami Cerebral Palsy dengan pembesaran kepala itu, tampak tersenyum kepada saya. Badannya melonjak-lonjak, tangannya memanggil-manggil seakan ingin pamer dengan kepandaiannya menyusun huruf. Subhanallah, si Abang kembali melonjak-lonjak. Saya kaget. Saya tersenyum. Dia tergelak tertawa. Tak lama, kami pun mulai akrab. Dia tak malu lagi dibantu menyusun angka dan huruf. Susun-tempel-susun-tempel, begitu yang kami lakukan. Ah, saya mulai menikmati pekerjaan ini. Dia pun kini tampak bergayut di tangan saya. Tanpa terasa, saya mengelus kepalanya dan mendekatkannya ke dada. Terasa damai dan hangat. Sementara di sudut lain, sang Ibu guru tetap sabar sekali menemani semua anak disana. Dituntunnya tangan anak-anak itu untuk meniti susunan-susunan gambar. Dibimbingnya setiap jemari dengan tekun, sambil sesekali mengajak mereka tersenyum. Tangannya tak henti mengusap lembut ujung-ujung jemari lemah itu. Namun, tak pernah ada keluh, dan marah yang saya dengar. Waktu berjalan begitu cepat. Dan kini, waktunya untuk pulang. Setelah membereskan beberapa permainan, anak-anak pun bersiap di bangku masing-masing. Dduh, damai sekali melihat anak-anak itu bersiap dengan posisi serapih-rapihnya. Tangan yang bersedekap diatas meja, dan tatapan polos kearah depan, saya yakin, membuat setiap orang tersenyum. Ibu guru pun mulai memimpin doa, memimpin setiap anak untuk mengatupkan mata dan memanjatkan harap kepada Tuhan. Damai. Damai sekali mata-mata yang mengatup itu. Teduh. Teduh sekali melihat mata mereka semua terpejam. Empat jam sudah saya bersama “malaikat-malaikat” kecil itu. Lelah dan penat yang saya rasakan, tampak tak berarti dibanding dengan pengalaman batin yang saya alami. Kini, mereka bergerak, berbaris menuju pintu keluar. Tampak satu persatu kursi roda bergerak menuju ke arah saya. Ddduh, ada apa ini? Lagi-lagi saya terharu. Setibanya di depan saya, mereka semua terdiam, mengisyaratkan untuk mencium tangan. Ya, mereka mencium tangan saya, sambil berkata, “Selamat siang Pak Guru..” Ah, perkataan yang tulus yang membuat saya melambung. Pak guru…Pak Guru, begitu ucap mereka satu persatu. Kursi roda mereka berderak-derak setiap kali mereka mengayuhnya menuju ke arah saya. Derak-derak itu kembali membuat saya terharu, membayangkan usaha mereka untuk sekedar mencium tangan saya. Anak yang terakhir telah mencium tangan saya. Kini, tatapan saya bergerak ke samping, ke arah punggung anak-anak yang berjalan ke pintu keluar. Dalam diam saya berucap, “..selamat jalan anak-anak, selamat jalan malaikat-malaikat kecilku…” Saya membiarkan airmata yang menetes di sela-sela kelopak. Saya biarkan bulir itu jatuh, untuk melukiskan perasaan haru dan bangga saya. Bangga kepada perjuangan mereka, dan juga haru pada semangat yang mereka punya. *** Teman, menjadi guru bukan pekerjaan mentereng. Menjadi guru juga bukan pekerjaan yang gemerlap. Tak ada kerlap-kerlip lampu sorot yang memancar, juga pendar-pendar cahaya setiap kali guru-guru itu sedang membaktikan diri. Sebab mereka memang bukan para pesohor, bukan pula bintang panggung. Namun, ada sesuatu yang mulia disana. Pada guru lah ada kerlap-kerlip cahaya kebajikan dalam setiap nilai yang mereka ajarkan. Lewat guru lah memancar pendar-pendar sinar keikhlasan dan ketulusan pada kerja yang mereka lakukan. Merekalah sumber cahaya-cahaya itu, yang menyinari setiap hati anak-anak didik mereka. Dari gurulah kita belajar mengeja kata dan kalimat. Pada gurulah kita belajar lamat-lamat bahasa dunia. Lewat guru, kita belajar budi pekerti, belajar mengasah hati, dan menyelami nurani. Lewat guru pula kita mengerti tentang banyak hal-hal yang tak kita pahami sebelumnya. Tak berlebihankah jika kita menyebutnya sebagai pekerjaan yang mulia? Teman, jika ingin merasakan pengalaman batin yang berbeda, cobalah menjadi guru. Rasakan kenikmatan saat setiap anak-anak itu memanggil Anda dengan sebutan itu, dan biarkan mata penuh perhatian itu memenuhi hati Anda. Ada sesuatu yang berbeda disana. Cobalah. Rasakan.

resensi.net

Published in: on October 1, 2010 at 6:09 am  Leave a Comment